I write to remember.

Shirley: Visions of Reality (filmstill) © Gustav Deutsch
I have never felt more emptier than before.
I often break other people's hearts, whether intentional or not. It is not something to be proud of, but also not something that I could entirely deny. I am too dear with myself. Or hate? It's a thin line. Maybe it's a curse.
Seperti yang kamu tahu, apapun yang dibawa dengan tangan yang gemetar tentunya akan jatuh. Seperti yang kamu tahu pula, hati bukan barang yang kuat dan tahan banting. Seberapapun kuatnya kamu mendebatku, tetap saja hati yang kuat dan terbiasa akan hancur dan menangis juga setiap merasakan rasa sakit yang asing.
I realized that the toxicity in me, if in the end I hurt the feelings of others is because of the basis of unconscious revenge when I don't feel valued. Then again, is it me that ask too much of understanding?
Ya apalah dihargai kalo kamu sendiri masih tidak bisa menghargai orang lain? Jika ditanya apakah aku merasa bersalah atau tidak, mungkin dengan congkaknya aku akan menjawab tidak. Menunggu Tuhan membalas perbuatan umatnya rasanya terlalu naif dan antriannya lama dan aku bukanlah orang yang paling sabar.
As an illustration for you, I'd say that I am a slave of love. I easily fall deep when someone wants to try to reach my dirty hand. I will exert everything I have; time, energy and mind without being asked. You will say I'm overdoing it, you will say I don't need to be- that. But deep down you know, I will continue to devote myself to anyone I love.
Before you realize, I will pull myself as far as possible until you realize that I am no longer a servant who wants to kiss your feet constantly and until then that you will realize you need my offerings. Then you will understand that I care because of you, in the hope that you will see yourself from my eyes, I care for you without any conditions, without having to take you to heaven with your magic rug or you having you to guard me wherever I want to go.
Cukup diriku yang jadi hamba, aku ingin kamu jadi tuannya.
Sayangnya, manusia selalu terlambat untuk memperhatikan apa yang ada di depan. Kamu baru sadar kemarin aku merendah diri kepadamu justru ketika aku tidak lagi sujud kepadamu.
Fuck off.
Kamu sadar kamu peduli, ketika aku hilang dan mati rasa. Kamu kemana saja? Bukankah kamu yang selalu bilang bahwa aku ini berlebihan? Kenapa harus aku menghapus rasaku lebih dulu, baru kamu menghargai kehadiranku? Siklusnya selalu seperti itu. Selalu.
Segalanya kembali ke awal lagi, dimana aku kembali dikenal sebagai perempuan tidak tahu diuntung yang mematahkan hati siapapun yang mendekat. Perempuan yang dingin yang memandang laki-laki tak lebih dari barang habis sekali pakai. Hina sekali, bukan?
Ya sudah, aku tulis ini dengan maksud agar dunia tahu dan berhati-hati dengan aku yang jahat. Ini juga untuk kalian yang hanya akan merasakan sakitnya menjadi diri sendiri, bukan sakitnya diinjak agar yang dicintai dapat berdiri.